Social Icons

-

Pages

Saturday, 19 September 2015

Tokoh Kartun Disensor, Eh Sinetron Malah Enggak. Apa Sih Maksudnya Sensor di Televisi?

Bagi kamu yang saat ini gemar nonton televisi Indonesia, pasti sudah biasa banget kalau ketemu gambar yang bagian tertentunya nge-blur. Kamu paham banget kalau itu bukan karena televisi kamu yang rusak atau kotor, tapi memang udah dari sananya. Yap! Gambar tersebut disensor oleh badan yang berwenang (entah apa itu kerjaan KPI atau LSF) karena tidak layak ditayangkan secara langsung di Indonesia. Tujuannya sih baik. Tentu saja untuk menjaga agar penonton nggak sepenuhnya menelan semua yang ada di televisi. Tapi, kok kadang ada yang lebay ya?

Belahan dada disensor agar anak-anak nggak bisa melihatnya. Hmmm… Apa itu juga berlaku untuk dada tupai dalam film kartun?

Tupai juga disensor

Ini yang tolol siapa? via instatagphoto.com
Paling sering disensor adalah adegan yang mengandung gambar belahan dada perempuan. Pasti televisi kamu langsung nge-blur begitu ada adegan perempuan dengan baju yang sedikit menampilkan belahan dada. Sekali lagi, tujuannya pasti baik: agar penonton tidak terpengaruh (entah di sini konteksnya terpengaruh untuk apa). Namun, yang bikin ketawa ngakak adalah ketika nonton kartun Sponge Bob Square Pants dan menemukan bahwa Sandy, tupai perempuan temannya Sponge Bob, disensor lantaran memakai bikini. Iya, Sandy si tupai yang giginya nongol dua itu! Karakter Sandy di kartun tersebut berbentuk tupai. Bukannya kita biasa ya melihat tupai telanjang?

Hasilnya, anak-anak malah jadi penasaran, memangnya di situ ada apa sih kok burem-burem gitu?
Jadi bikin penasaran via www.kaskus.co.id
Jadi bikin penasaran

Dengan disensor, apa itu berarti anak-anak yang menonton jadi nggak tahu kalau itu belahan dada? Yang ada, anak-anak makin penasaran, ‘apaan sih itu kok diblur?’ ’emang kenapa kok diblur?’ Sementara, ibu menyusui adik bayi merupakan hal yang sudah biasa dilihat mereka sehari-hari.

Sementara, pada acara infotainment dan talkshow… mbak-mbak yang bukan kartun ini masih bebas sensor.
Mbak-mbaknya nggak kena sensor
Si Sandy yang tupai dan kartun mungkin memang agak keterlaluan karena pakai bikini, tapi tidak demikian dengan mbak-mbak yang jadi bintang tamu di acara talk show atau lagi diwawancara oleh infotaiment. Walaupun baju mereka cukup minim dan kadang belahan dadanya ngintip-ngintip, tapi mereka masih bebas-bebas aja dari sensor. Padahal bukan kartun lho dan wujudnya beneran manusia lagi. Kenapa ya?


Begitu pula dengan sinetron-sinetron yang ditujukan untuk remaja. Adegan bermesraan pun masih bisa lenggang.


Eh ini bukan belahan dada sih!

Fokusnya memang pada belahan dada. Entah kenapa belahan dada ini cukup penting untuk disensor. Sementara, adegan bermesraan yang berlebihan di sinetron remaja mungkin kurang layak untuk disensor. Jadi deh, sinetron-sinetron ABG yang cinta-cintaan dan galau-galauan di sekolah masih bisa bebas tayang tanpa harus disensor




Orang memegang senjata pun harus disensor karena dianggap mengandung unsur kekerasan.

Disensor juga

Selain Sponge Bob Square Pants, film kartun yang juga disensor di televisi Indonesia adalah Naruto. Bedanya dengan Sponge Bob, Naruto disensor ketika menampilkan adegan membawa senjata. Ya, konten senjata itu dianggap mengandung unsur kekerasan. Lagi-lagi tujuannya baik, agar anak-anak yang menonton nggak terpicu untuk melakukan tindakan kekerasan. Tapi, apa iya mereka jadi nggak paham kalau yang dipegang itu senjata?





Tapi kalau sinetron memaki-maki dengan kata kasar, apa bukan termasuk kekerasan juga?
Anak SMA bully-bully an

Adegan membawa senjata dalam film ber-genre action mungkin memang berbahaya jika dilihat anak-anak. Makanya senjatanya sangat perlu disensor, sehingga yang melihat tidak tahu kalau itu senjata (?). Jangan sampai anak yang melihat menirukan adegan serupa. Kekerasan di televisi memang perlu diatur supaya nggak mempengaruhi penontonnya.

Nah, kira-kira kalau adegan bully teman sekolah yang biasa nongol di sinetron remaja Indonesia gitu termasuk kekerasan nggak ya? Kenyataannya adegan semacam itu masih banyak lalu lalang di televisi Indonesia. Adegan anak SMA bully teman sekolahnya tersebut hampir selalu ada di sinetron remaja yang juga disukai anak-anak


Sensor rokok tujuannya sih baik, agar yang menonton tidak melihat orang merokok. Tapi, apa dengan begitu mereka jadi nggak ngehkalau itu adegan merokok?

Wui kok tiba-tiba ada asepnya?

Belahan dada, senjata, dan yang terakhir rokok. Ketiga itulah yang selalu tampil blurdi layar kaca. Menyensor adegan merokok ini mungkin ada kaitannya dengan kampanye anti rokok yang memang sedang gencar dilakukan. Sekali lagi, tujuannya sangat mulia yakni agar penonton televisi hidup sehat. Tapi, apa dengan disensor terus semua penonton nggak tahu kalau itu merokok? Lagi pula, rokoknya disensor tapi asapnya nggak. Jadi keliatan keren banget orang ngobrol sambil ngeluarin asap dari mulut dan hidungnya. Keren betul!




Apa jadinya jika di tv kamu ada film yang adegannya cewek kelihatan belahan dada, merokok, dan memegang senjata? Blur total!

Jual aja deh tv nya!
Sebenarnya, yang lebih penting dari pada sensor dengan memblurkan gambar adalah sensor pada diri sendiri. Ingat nggak waktu kecil dulu, kalau ada adegan ciuman di televisi, penonton di bawah umur otomatis tutup mata. Daripada harus memblur semua gambar yang toh penonton juga bisa nebak apa yang diblur, lebih baik menanamkan pemahaman mana yang baik untuk ditiru mana yang nggak pantas untuk ditiru.



Lagi pula, memang penonton televisi dianggap sebegitu polosnya kah sampai film kartun juga harus disensor? Siapa yang tolol sebenarnya?

No comments:

Post a Comment